Sebuah ulasan mendalam tentang 5G Fixed Wireless
Access di Indonesia
I. Pendahuluan: Menjembatani Pulau dengan Gelombang Data
Bayangkan gugusan pulau-pulau hijau yang tersebar luas di
tengah samudra, masing-masing hidup dengan dunianya sendiri, namun sama-sama
mendambakan konektivitas. Inilah Indonesia,sebuah negara kepulauan yang kini
berada di ambang revolusi digital. Impiannya sederhana namun besar:
menghubungkan seluruh pelosok negeri dengan akses internet yang merata, tanpa
terhalang batas geografis.
Di sinilah 5G Fixed Wireless Access (FWA) hadir
sebagai solusi. Ini bukan teknologi lama, melainkan pendekatan mutakhir yang
menghadirkan internet berkecepatan tinggi langsung ke rumah dan bisnis melalui
sinyal 5G. Bayangkan broadband tanpa kabel,jembatan nirkabel yang melintasi
laut dan medan sulit. Bagi Indonesia, yang menghadapi tantangan besar dalam
pembangunan fiber optik lintas pulau dan wilayah terpencil, 5G FWA menjadi
alternatif yang sangat menjanjikan.
Namun ini bukan sekadar soal streaming tanpa buffering atau
media sosial yang lebih cepat. Ini adalah tentang membuka pintu transformasi
digital, mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal, dan memastikan
setiap warga Indonesia dapat berpartisipasi dalam ekosistem digital global.
Taruhannya sangat besar.
II. Kilas Balik: Awal Percikan 5G
Kisah 5G di Indonesia masih terus ditulis. Beberapa tahun
lalu, uji coba 5G mulai dilakukan di kota-kota besar,langkah awal untuk
menjajaki potensinya.
Pada awal 2023, Telkomsel bersama Ericsson dan Qualcomm
mulai menguji 5G FWA, mengejar kecepatan gigabit dan mengeksplorasi
batas kemampuan teknologi ini. Inilah percikan pertama dari revolusi nirkabel.
Kemudian hadir program pemerintah “Internet
Terjangkau”, yang bertujuan memperluas akses konektivitas nasional. 5G FWA
dengan cepat menjadi pemain kunci, terutama di wilayah yang sulit dijangkau
fiber.
Perusahaan seperti Surge melihat peluang
besar ini. Mereka membangun kemitraan strategis dan mengamankan lisensi
spektrum penting, termasuk pita 1,4 GHz pada akhir 2025.
Target peluncuran komersial di awal 2026 pun semakin dekat.
III. Kondisi Terkini: Apa yang Sedang Terjadi
Memasuki akhir 2025, geliat 5G FWA semakin terasa. Nokia
dan Surge mengumumkan kemitraan jangka panjang untuk menghadirkan 5G
FWA di Jawa, Papua, dan Maluku. Di sisi lain, Huawei dan Qualcomm juga aktif
mengembangkan arsitektur teknologi pendukungnya.
Surge mencuri perhatian lewat penawaran broadband yang
sangat terjangkau: 100 Mbps, unlimited, instalasi gratis, dan sewa CPE,
hanya Rp100.000 per bulan. Ini bukan sekadar harga kompetitif,ini
adalah demokratisasi akses internet.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menetapkan
standar teknis baru (band n50, mode TDD, daya AC saja, penggunaan indoor) untuk
memastikan interoperabilitas dan keselamatan. Lelang spektrum terbaru
menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem 5G.
Selain Surge, operator besar seperti Telkomsel,
Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren juga ikut meramaikan
persaingan.
IV. Antusiasme dan Tantangan
Pandangan Industri: Optimis tapi Realistis
Industri melihat 5G FWA sebagai solusi efektif untuk
menjembatani kesenjangan digital, terutama di wilayah geografis sulit. Biayanya
lebih efisien dibandingkan fiber.
Namun tantangan masih ada. Indonesia tertinggal dalam
pemanfaatan spektrum utama seperti 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz.
Selain itu, kebutuhan investasi dan biaya regulasi masih cukup tinggi.
Suara Konsumen: “Awalnya Tidak Tahu, Tapi Puas”
Kesadaran masyarakat tentang 5G FWA masih rendah. Banyak
yang belum mengenal teknologinya.
Namun bagi pengguna yang sudah mencoba, responsnya sangat
positif. 7 dari 10 pengguna menjadikan 5G FWA sebagai koneksi utama,
dengan performa yang dinilai setara fiber.
V. Kontroversi dan Hambatan
- Open
RAN: Menjanjikan fleksibilitas, namun beberapa proyek terkendala
performa dan interoperabilitas.
- Spektrum
3,5 GHz: Masih digunakan layanan satelit, menyulitkan alokasi untuk
5G.
- Ekspektasi
vs Realita: Beberapa pengguna awal mengeluhkan kecepatan yang belum
konsisten.
- Regulasi
Teknis: Standar baru menambah kompleksitas dan biaya kepatuhan.
VI. Masa Depan 5G FWA
- Ekspansi
Besar-besaran: Target 5 juta rumah dan 20.000 BTS hingga 2030.
- Teknologi
Lanjutan: Dual Connectivity hingga 7,37 Gbps, AI-assisted network, dan
inovasi Open RAN.
- Spektrum
Baru: Potensi pelepasan 2,6 GHz, 700 MHz, dan 3,5 GHz di masa depan.
Dampak Transformasional
- Pemerataan
Digital
- Pertumbuhan
Ekonomi Digital
- Smart
City & IoT
- Pendidikan
dan Kesehatan Digital
VII. Penutup: Masa Depan yang Terhubung Tanpa Kabel
Perjalanan 5G FWA di Indonesia adalah kisah penuh potensi,
kolaborasi strategis, dan tantangan nyata.
Dengan ambisi besar dan inovasi berkelanjutan, 5G
FWA berpeluang mengubah cara masyarakat Indonesia hidup, bekerja, dan terhubung.
Nusantara digital bukan lagi mimpi,ia sedang dibangun, satu pulau demi satu
pulau, melalui koneksi nirkabel.
Silahkan berkomentar yang baik di sini :) (no junk)