Planet AIM - Propagasi Model dengan konsep AI

Panji Ryan Widhi
2

AIM Model

1. Konsep Utama

  • AIM adalah generasi baru model propagasi berbasis machine learning dan AI, menggantikan pendekatan klasik seperti Okumura-Hata atau COST231.

  • Didukung neural network terlatih yang bisa memilih algoritma terbaik (misalnya diffraction vs ray-launching) sesuai kondisi di tiap titik dalam studi prediksi .

  • Cakupan frekuensi luas: 140 MHz – 80 GHz, relevan untuk 4G, 5G, hingga mmWave .




2. Komponen Propagasi yang Dimodelkan

  • Vertical components: diffraction (Epstein-Peterson multi-edge), vertical incidence angle, foliage loss, rooftop modeling .

  • Horizontal components: reflection, diffraction, ray paths → dipakai jika ray launching diaktifkan (umumnya untuk micro/pico cell) .

  • In-building penetration: mendukung basic, standard, advanced algorithms untuk menghitung out-to-in loss dan in-to-in loss .

  • Meteorological conditions: termasuk atmospheric attenuation & rain fade (penting untuk >6 GHz dan mmWave) .

  • Antenna masking: dua metode (Berg vs Original), Berg direkomendasikan karena lebih akurat, namun sebaiknya kita bandingkan kembali dengan original method.


3. AI & Machine Learning

  • AIM melakukan scene analysis untuk mengenali tipe area (dense urban, suburban, rural, dll.).

  • Setiap titik prediksi bisa diputuskan oleh AI engine apakah perlu ray-launching atau cukup difraksi klasik.

  • Neural network bisa ditingkatkan akurasinya melalui model tuning dengan data drive test .


4. Model Tuning (Kalibrasi)

  • Full tuning: hanya menggunakan data drive test → sangat akurat tapi risiko overfitting.

  • Balanced tuning: menggabungkan drive test dengan pre-calibrated dataset → lebih stabil untuk generalisasi .

  • Ada interpolasi: setelah jarak 150% d_max (drive test coverage), model kembali fallback ke pre-calibrated data .


5. Persyaratan Data (Geodata)

  • DTM (terrain heights)

  • Clutter / clutter height grids

  • Polygon files: buildings, vegetation, suspended structures

  • Environment Category files: definisi khusus untuk propagation class (Building, Vegetation, Suspended Structure, Other)


6. Kebutuhan Resource

  • AIM intensif terhadap hardware:

    • RAM rule of thumb: untuk resolusi 5m + polygon + radius 5 km → butuh 6 GB RAM per core. Misal 8 threads = ±54 GB RAM .

    • Prediction distance dan jumlah RX heights (3D slices) sangat mempengaruhi resource.


7. Lisensi

  • Ada dua tipe: Standalone (node-locked) & Floating (shared).

  • Lisensi dibeli dalam paket 4 Calc licenses → tiap core prediction pakai 1 license .


8. Kelebihan AIM Dibanding Model Lama (UM/Clutter-based)

  • Lebih akurat di urban padat berkat kombinasi ray-launching + AI.

  • Mendukung in-building prediction tanpa perlu indoor model terpisah.

  • Bisa otomatis menyesuaikan metode propagasi sesuai kondisi (adaptif).

  • Bisa dituning dengan lokal drive test, tapi tetap punya fallback ke pre-trained global dataset.


🎯 Insight

  • AIM adalah future-proof propagation model, siap untuk 5G, mmWave, dan use-case urban kompleks.

  • Untuk engineering: pahami proses tuning, kebutuhan hardware, serta integrasi dengan geodata agar bisa optimal.

  • akurasi tinggi di urban (Jakarta, Medan, Palembang) + dukungan untuk in-building dan rain attenuation → relevan untuk 5G rollout Indonesia.



contact local service : CAA 089637640833

Posting Komentar

2Komentar

Silahkan berkomentar yang baik di sini :) (no junk)

  1. Tool yang digunakan apa mas untuk bisa menggunakan AIM model ini ? apakah sudah ada operator di Indonesia yang menggunakannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Planet mas, kami baru akan trial untuk Telkomsel. Juga sudah ditrial di IoH namun masih POC.

      Hapus
Posting Komentar

Search Another