Berapa besar tilt antena yang anda berikan akan mempengaruhi coverage dari suatu site di jaringan, kali ini kita akan bahas bagaimana sih cara menentukan besaran tilt antena atau merencanakan planning tilting yang baik untuk mendapatkan coverage yang overlapnya pas dalam proses optim physical layer.
Sebelumnya jika teman-teman yang membaca postingan ini mempunyai cara lain silahkan komen di kolom komentar ya..
Ini cara saya menentukan berapa perubahan tilt antena yang dilakukan untuk optimasi berdasarkan hasil drive test ataupun KPI statistik. Dibagi menjadi 2 cara yaitu cara simpel/mudah dan kedua adalah cara detail.
Baik dari kedua cara itu harus diperhatikan faktor penting yaitu data tinggi antena dan actual tilt saat itu. Seperti yang kita ketahui ada 2 jenis tilt : mechanical tilt (MT) dan electrical tilt (ET)
Ubah MT berarti anda mengubah tidak hanya main lobe namun juga side lobe dan back lobe, jadi hati-hati mempertimbangkannya, selain itu mengubah MT juga membutuhkan effort yang tidak sedikit plus waktu yang lama karena izin masuk site, rigger, dll.
Sedangkan ET, yang sering dipilih oleh kebanyakan engineer optim karena sebagian besar antena sudah dipasang remote electrical tilt (RET) sehingga bisa dilakukan cepat dari manapun dan kapanpun dengan melakukan CR (change request) ataupun remote access langsung ke BTS/Enode B-nya.
Jadi yang akan kita bahas kali ini adalah untuk ET saja ya, namun konsepnya sama dengan MT. Perbedaannya MT merubah side lobe & back lobe sedangkan ET tidak.
MT perubahan coveragenya drastis sedangkan ET perlahan.
Ok berikut caranya..
Cara mudah : stepnya
1. Lihat data tinggi antena
2. Lihat PCI plot di 4G atau SC di 3G atau BCCH di 2G
3. Lihat RSRP di 4G atau Rxlev di 2G atau RSCP di 3G
4. Tampilkan data plot drivetestnya di google earth dan fokus ke badspotnya.
5. Tentukan di area badspot tersebut site cell mana yang seharusnya serving, ini bisa anda lihat dari posisi antena site , pci plot, coverage best server prediction, saya lebih memilih melihat melalui best server prediction karena cukup mewakili.
6. Jika sudah tau, maka dari google earth kita lihat kontur antara titik site dengan titik badspot. Jika RSRP tinggi, konturnya datar maka dapat anda downtilt +2 dari actual (contoh before ET=4, after ET=6). Semakin tinggi antena maka semakin besar pula downtiltnya.
Jika RSRP rendah, konturnya menanjak maka dapat anda uptilt +2 atau nilai lainnya bergantung pada tinggi antena dan jarak site dengan badspot.
Jika RSRP rendah/tinggi dan konturnya menurun maka sebaiknya anda downtilt untuk penetrasi yang lebih baik pada site tersebut.
Jika RSRP lemah, tinggi antenanya rendah(misal di bawah 20m) , dan spot berjarak lebih dari 200 meter,maka sebaiknya anda uptilt.
Cara detail : step awalnya adalah seperti pada cara mudah namun untuk besaran nilainya berapa, kita verifikasi melalui prediction di planning tool ataupun simulasikan di postingan sebelumnya berikut ini --> http://telecommunicationforall.blogspot.co.id/2016/07/online-coverage-simulation.html
Surrounding sites juga harus diperhatikan jadi tidak hanya site yang ingin dibuat dominan saja. Lalu bagaimana jika kita ingin perubahan di banyak site? jawabnya adalah dengan fitur Automatic Cell Planner yang terdapat pada planning tools seperti Atoll, MCP, Unet, Netact. Nah kalau sudah main planning tools banyak banget yang kudu diperhatikan agar simulasinya akurat sesuai di lapangan. Data tersebut adalah : resolution maps yang digunakan,clutter map, clutter loss, database site (tinggi antena, tipe antena, tilting antena,koordinat,power), model tuning untuk pathloss prediction termasuk feeder lossnya juga jika belum feeder less.
Selain itu, nilai TA (timing advance) di statistik bisa kita kombinasikan dengan data drive test untuk penentuan apakah site ini overshoot atau overtilt. Jika overshoot maka sudah jelas kita lakukan downtilting pada site yang mengovershoot tersebut. Setelah dapat nilai tiltingnya berapa pada site-site itu, maka input kembali ke planning tools dan simulasikan apakah ada improvement setelah dilakukan perubahan tilt.
Sebenarnya masih banyak cara untuk meng-improve-kan badspot seperti permainan power, dan parameter lainnya, namun cara tilting ini adalah yg paling pertama diperhatikan terlebih dahulu. Jika pyhsical layer optimization sudah baik, maka dapat anda lihat hasil drive testnya pun juga baik (dalam keadaan network normal ya ini, maksudnya jika site tidak ada yang mati, jika tidak ada kasus fiber cut, dan transmisi). Barulah setelah semua pyhsical layer optimization ini sudah maksimal, maka kita lanjutkan analisis ke parameter radionya.
Jadi masih bingung mau uptilt atau downtilt?
Pilih cara mudah atau detail? hehe
semoga membantu ya
Sebelumnya jika teman-teman yang membaca postingan ini mempunyai cara lain silahkan komen di kolom komentar ya..
Ini cara saya menentukan berapa perubahan tilt antena yang dilakukan untuk optimasi berdasarkan hasil drive test ataupun KPI statistik. Dibagi menjadi 2 cara yaitu cara simpel/mudah dan kedua adalah cara detail.
Baik dari kedua cara itu harus diperhatikan faktor penting yaitu data tinggi antena dan actual tilt saat itu. Seperti yang kita ketahui ada 2 jenis tilt : mechanical tilt (MT) dan electrical tilt (ET)
Ubah MT berarti anda mengubah tidak hanya main lobe namun juga side lobe dan back lobe, jadi hati-hati mempertimbangkannya, selain itu mengubah MT juga membutuhkan effort yang tidak sedikit plus waktu yang lama karena izin masuk site, rigger, dll.
Sedangkan ET, yang sering dipilih oleh kebanyakan engineer optim karena sebagian besar antena sudah dipasang remote electrical tilt (RET) sehingga bisa dilakukan cepat dari manapun dan kapanpun dengan melakukan CR (change request) ataupun remote access langsung ke BTS/Enode B-nya.
Jadi yang akan kita bahas kali ini adalah untuk ET saja ya, namun konsepnya sama dengan MT. Perbedaannya MT merubah side lobe & back lobe sedangkan ET tidak.
MT perubahan coveragenya drastis sedangkan ET perlahan.
Ok berikut caranya..
Cara mudah : stepnya
1. Lihat data tinggi antena
2. Lihat PCI plot di 4G atau SC di 3G atau BCCH di 2G
3. Lihat RSRP di 4G atau Rxlev di 2G atau RSCP di 3G
4. Tampilkan data plot drivetestnya di google earth dan fokus ke badspotnya.
5. Tentukan di area badspot tersebut site cell mana yang seharusnya serving, ini bisa anda lihat dari posisi antena site , pci plot, coverage best server prediction, saya lebih memilih melihat melalui best server prediction karena cukup mewakili.
6. Jika sudah tau, maka dari google earth kita lihat kontur antara titik site dengan titik badspot. Jika RSRP tinggi, konturnya datar maka dapat anda downtilt +2 dari actual (contoh before ET=4, after ET=6). Semakin tinggi antena maka semakin besar pula downtiltnya.
Jika RSRP rendah, konturnya menanjak maka dapat anda uptilt +2 atau nilai lainnya bergantung pada tinggi antena dan jarak site dengan badspot.
Jika RSRP rendah/tinggi dan konturnya menurun maka sebaiknya anda downtilt untuk penetrasi yang lebih baik pada site tersebut.
Jika RSRP lemah, tinggi antenanya rendah(misal di bawah 20m) , dan spot berjarak lebih dari 200 meter,maka sebaiknya anda uptilt.
Cara detail : step awalnya adalah seperti pada cara mudah namun untuk besaran nilainya berapa, kita verifikasi melalui prediction di planning tool ataupun simulasikan di postingan sebelumnya berikut ini --> http://telecommunicationforall.blogspot.co.id/2016/07/online-coverage-simulation.html
Surrounding sites juga harus diperhatikan jadi tidak hanya site yang ingin dibuat dominan saja. Lalu bagaimana jika kita ingin perubahan di banyak site? jawabnya adalah dengan fitur Automatic Cell Planner yang terdapat pada planning tools seperti Atoll, MCP, Unet, Netact. Nah kalau sudah main planning tools banyak banget yang kudu diperhatikan agar simulasinya akurat sesuai di lapangan. Data tersebut adalah : resolution maps yang digunakan,clutter map, clutter loss, database site (tinggi antena, tipe antena, tilting antena,koordinat,power), model tuning untuk pathloss prediction termasuk feeder lossnya juga jika belum feeder less.
Selain itu, nilai TA (timing advance) di statistik bisa kita kombinasikan dengan data drive test untuk penentuan apakah site ini overshoot atau overtilt. Jika overshoot maka sudah jelas kita lakukan downtilting pada site yang mengovershoot tersebut. Setelah dapat nilai tiltingnya berapa pada site-site itu, maka input kembali ke planning tools dan simulasikan apakah ada improvement setelah dilakukan perubahan tilt.
Sebenarnya masih banyak cara untuk meng-improve-kan badspot seperti permainan power, dan parameter lainnya, namun cara tilting ini adalah yg paling pertama diperhatikan terlebih dahulu. Jika pyhsical layer optimization sudah baik, maka dapat anda lihat hasil drive testnya pun juga baik (dalam keadaan network normal ya ini, maksudnya jika site tidak ada yang mati, jika tidak ada kasus fiber cut, dan transmisi). Barulah setelah semua pyhsical layer optimization ini sudah maksimal, maka kita lanjutkan analisis ke parameter radionya.
Jadi masih bingung mau uptilt atau downtilt?
Pilih cara mudah atau detail? hehe
semoga membantu ya
Silahkan berkomentar yang baik di sini :) (no junk)