Outsourcing,Sikapi Dengan Positif Atau Negatif ?

Panji Ryan Widhi
2
Semalam adalah hari yang melelahkan (badan masih pegal" sehabis latihan fisik lari di senayan hari minggu) ditambah kuliah masuk pk 17.00 WIB tapi saya telat jadi masuk pk 17.45 (hehe) karena hujan deras ditambah kemacetan lalu lintas di jalan. Selepas kuliah seperti biasa istirahat Magrib dan setelah itu diisi dengan makan malam bersama teman" di kantin sembari menunggu kuliah selanjutnya pk 19.30 . Lalu sempat terbahas tentang sistem outsource di negara kita ini karena kami termasuk para pekerja juga ada yang sedang/sudah merasakan manis pahitnya menjadi tenaga kerja outsource termasuk saya :) (manisnya ada ga?)
Tergantung kita menyikapi hal tersebut, apakah dengan positif thinking atau negatif thinking melulu. Kalau mau disikapi dengan positif, sistem outsourcing di negara kita ini memberikan peluang kesempatan kerja yang lebih luas, memaksa kita meningkatkan skill/experience, bayaran lebih besar dari yang tetap dan menyenangkan bagi orang yang tidak mau terikat (karena kontrak teruss). Namun sisi negatifnya bagi karyawan yaitu ketidakjelasan masa depan (karena ketika kontrak habis,bila belum ada penggantinya maka akan menjadi pengangguran lagi), tidak adanya pesangon (umumnya), dan semakin bebasnya perusahaan asing yang memanfaatkan hal tersebut demi kepentingannya saja (coba saja perhatikan di banyak tempat, seperti konsultan/subcon asing biasanya pribuminya berstatus kontrak semua kalaupun ada yg tetap ya hanya dua atau tiga saja. Penempatan pribumi itu sebagai "syarat" saja kata teman saya bila nanti diaudit oleh semacam departemen tenaga kerja agar bisa membuktikan bahwa ada tenaga kerja pribumi di situ. Banyak semacam trik,mafia dan permainan disitu, namun kembali lagi ke diri kita masing" apakah ingin capek hanya memikirkan ini atau menjalani dengan sikap positif? Seharusnya yang kita harapkan adalah pemerintah melakukan action terbaik untuk kesejahteraan rakyatnya, regulasi juga harus ditinjau kembali oleh pemerintah karena bisa dilihat betapa perang tarif merajalela dan merusak harga pasar. Seharusnya ada pembatasan harga mininum misalnya, karena hal tersebut nantinya akan berdampak lagi bagi para karyawan/engineer di dalamnya.
Pernah terbesit di pikiran saya saat membahas bersama ayah tentang sistem outsource yang ada ini bermula dari perdagangan bebas atau pasar terbuka (hmm neuroliberalisme?)...jadi itulah mengapa Indonesia tidak cocok diterapkan sistem yang "terlalu" liberal. Kata ayah juga sebenarnya sudah dari dulu (20 thn yg lalu) sistem outsource itu sudah ada Indonesia,namun belum terdengar gaungnya. Tidak masalah bagi pekerja terdidik menengah ke atas, namun sistem kontrak tersebut pasti sangat meng-khawatirkan bagi para buruh.pekerja kelas menengah ke bawah atau pekerja non skilled.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai karyawan atau pekerja? jawabnya tidak ada melainkan terus berpikir positif, tingkatkan kemampuan diri di tengah kompetisi yang ketat ini, dan selalu bersyukur terhadap apa yang didapatkan, dijalani dengan melakukan yg terbaik serta tetap berdoa semoga segalanya akan menjadi lebih baik lagi....amienn........

o yah btw tetap jgn lupa rajin menabung,investasi,beramal,dll ya hehe kali aja nanti bisa jadi pengusaha ha ha ha.. :p

Posting Komentar

2Komentar

Silahkan berkomentar yang baik di sini :) (no junk)

  1. salam kenal, benar tuh mas panji,jaman lagi susah begini, cari kerja susah, persaingan makin ketat makin banyak aja perusahaan asing yang mengambil kesempatan ini dengan sistem Outsourcing nya.yah kita ambil sikap positif aja lah.o iya saya mendapat banyak ilmu tentang tentang telco di blog mas ini, artikelnya benar2 lengkap, tapi yang artikel bhs.inggrisnya klo bisa ditranslet ya.heheh. saya juga minta ijin kutip beberapa artikel dari mas buat blog saya yah. mav ya mas kebanyakan, Terimakasih

    BalasHapus
  2. Oke senang bisa berbagi :)
    semoga bermanfaat. Salam

    BalasHapus
Posting Komentar

Search Another